play and learn

play and learn

Minggu, 15 Mei 2011

Sigmund Freud "Psikoanalisis" Perkembangan Kepribadian

TEORI KEPRIBADIAN
PSIKOANALISIS
SIGMUND FREUD
"Perkembangan Kepribadian"

Kepribadiaan individu telah terbentuk pada akhir tahun kelima dan selanjutnya merupakan penghalusan struktur kepribadiaan. Freud sangat menekankan peranan masa kanak-kanak dalam pembentukkan kepribadian manusia. Kepribadian berkembang dalam hubungan dengan sumber tegangan pokok manusia, yaitu : proses pertumbuhan fisiologis, frustasi, konflik, dan ancaman. Peningkatan tegangan pokok tersebut mendorong manusia untuk belajar cara-cara baru dalam mereduksi tegangan yang kemudian dikenal dengan perkembangan kepribadian.
- Identifikasi
Indentifikasi merupakan cara individu untuk menghadapi orang lain dan menjadi bagian dari kepribadiaannya. Individu akan mereduksi tegangannya dengan cara berperilaku seperti yang orang lain lakukan. Tiap masa memilki tokoh identifikasi yang khas, berlangsung secara tidak disadari, memilih bagian yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan. Obyek identifikasi tidak hanya manusia, tetap dapat binatang, sifat khayalan, pikiran abstrak. Individu melakukan identifikasi diri juga untuk mencari bagian dirinya yang hilang dan untuk menutupi rasa takut. Indentifikasi merupakan dasar pembentukan das Ueber Ich.
- Pemindahan Obyek
Pemindahan obyek terjadi ketika obyek pilihan instink tidak dapat dicapai karena adanya anti kateksis. Selama proses pemindahan obyek, sumber dan tujuan instink tetap hanya obyek yang berubah dan kepuasan yang diperoleh tidak sebesar obyek aslinya. Akibat pemindahan obyek yang berkali-kali maka akan terjadi penumpukan tegangan yang akan menimbulkan perilaku.
Pemindahan obyek yang menghasilkan hasil kebudayaan disebut sublimasi. Munculnya sublimasi karena adanya pengekangan obyek primitif dan energi instinktif untuk dapat diterima masyarakat.
Pemindahan obyek dipengaruhi oleh kesamaan obyek pengganti dengan obyek asli dan adanya sanksi masyarakat. Kemampuan individu untuk melakukan pemindahan obyrk merupakan mekanisme yang paling kuat dalam perkembangan individu.
- Mekanisme pertahanan diri
Adanya ketakutan yang berlebih menyebabkan das Ich harus mereduksi tegangan dengan berbagai macam cara. Cara-cara ekstrem yang digunakan oleh das Ich ini disebut sebagai mekanisme pertahanan diri. Sifat mekanisme pertahanan diri adalah memalsukan kenyataan, tanpa disadari oleh individu.
1. Penekanan (represi)
Represi terjadi jika suatu obyek dipaksa keluar dari kesadaran oleh anti kateksis atau termanifestasi dalam bentuk pemindahan obyek. Jika individu melakukan represi maka akan sukar untuk dihapuskan. Usaha yang dapat dilakukan untuk menghapuskannya yaitu dengan menyakinkan dirinya sendiri bahwa kecemasannya itu tidak ada.
2. Proyeksi
Mekanisme untuk mengubah ketakutan neuotis dan ketakutan moral menjadi ketakutan realistis disebut proyeksi. Sumber dari ketakutan neurotis dan ketakutan moral adalah ketakutan akan hukuman dari luar, sehingga mudah diubah menjadi ketakutan realistis. Tujuan proyeksi adalah mengurangi tegangan dengan cara mengganti obyek dengan obyek lain yang tidak berbahaya, membantu individu menunjukkan impulsnya dengan alasan mempertahankan diri dari musuh.
3. Pembentukan reaksi
Penggantian impuls yang disebabkan oleh ketakutan/kecemasan dengan lawannya (kebalikan) dalam kesadaran. Impuls asli masih tetap ada namun ditutupi dengan penggantiannya.
4. Fiksasi
Fiksasi dapat terjadi lebih awal ketika individu menginjak fase perkembangan selanjutnya yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan.
5. Regresi
Regresi terjadi ketika individu mendapat pengalaman traumatis dan kembali pada fase perkembangan sebelumnya yang telah dilewatinya.
- Fase perkembangan
Freud menggambarkan perkembangan individu dalam beberapa fase namun fase-fase tersebut tidak memiliki batas yang tajam.
1. Fase oral (0-1 tahun)
Sumber kenikmatan berada disekitar mulut, terutama saat makan. Setelah gigi tumbuh maka kenikmatan dapat diperoleh melalui mengigit. Perilaku pada fase oral akan termanifestasi dimasa yang akan datang berupa bentuk lain seperti pada pemindahan obyek. Selama fase oral akan timbul rasa tergantung kepada orang lain.
2. Fase anal (1-3 tahun)
Kenikmatan individu terjadi ketika pengeluaran faeces karena mampu menghilangkan sumber ketidaksenangan dan menimbulkan rasa lega. Fase ini merupakan fase terbaik untuk melatih anak-anak tentang kebersihan (toilet training). Pembiasaan akan kebersihan ini dapat mempengaruhi sifat kepribadian individu. Jika terjadi penekanan maka akan menghasilkan sifat kurang bebas namun jika dilakukan dengan kasih sayang maka akan menimbulkan sifat kreatif dan produktif.
3. Fase falik (3-5 tahun)
Kenikmatan individu terpusat pada perkembangan seksual dalam khayalan dan disertai aktivitas oto-erotik. Fase ini merupakan awal munculnya komplek oedipus, yaitu kateksis seksual terhadap orangtua yang berlainan kjenis dan kateksis permusuhan terhadap orangtua yang sama jenis kelaminnya. Fase ini akan mempengaruhi sikap individu terhadap lawan jenisnya dikemudian hari.
Perkembangan komplek odipus diawali dengan cinta kepada ibu dan memusuhi ayah yang dianggap menghalangi cinta ibu kepada anak kemudian pada anak laki-laki komplek odipus cenderung tetap sedangkan pada anak perempuan berubah. Pada anak laki-laki, dorongan incest dengan ibu dan sikap menentang terhadap ayah menimbulkan konflik dengan orangtua. Komplek odipus pada anak perempuan merupakan penggantian obyek cinta dari ibu ke ayah, penggantian ini disebabkan karena adanya pengalaman traumatis terhadap alat kelamin yang dimiliki oleh anak laki-laki. Perbedaan komplek odipus menjadi dasar perbedaan psikologis dari kedua jenis kelamin.
4. Fase laten (5 – 12 tahun)
Dorongan dinamis dalam diri individu menjadi laten sehingga anak-anak relatif mudah dididik atau diintervensi oleh orang dewasa.
5. Fase pubertas (12 – 20 tahun)
Aktivitas-aktivitas dinamis mulai muncul lagi.
6. Fase genital (lebih dari 20 tahun)
Kateksis pada fase falik bersifat nersistik sedangkan pada masa genital diarahkan ke obyek di luar, mulai mencintai orang lain karena alasan altruistik dan tersosialisasi secara realistik. Pada fase ini, fungsi biologis reproduksi mulai berkembang.

(Suryabrata, Sumadi. 2008)

Sigmud Freud "Psikoanalisis" Dinamika Kepribadian

TEORI KEPRIBADIAN
PSIKOANALISIS
SIGMUND FREUD
"Dinamika Kepribadian"

- Instink
Instink adalah sumber perangsangan somatis yang dibawa sejak lahir. Keinginan adalah perangsangan psikologis. Kebutuhan adalah perangsangan jasmani. Instink memiliki 4 macam sifat, yaitu:
o Sumber : kondisi jasmaniah/ kebutuhan, bersifat tetap.
o Tujuan : menghilangkan rangsangan kejasmanian, bersifat tetap.
o Obyek : aktivitas-aktivitas yang menjadi perantara keinginan dan terpenuhinya keinginan (berupa benda dan cara-cara pemenuhan kebutuhan). Obyek instink dapat disubstitusikan hingga menemukan yang cocok.
o Pendorong (penggerak) : kekuatan instink yang tergantung pada intensitas kebutuhan.
Flrksibilitas manusia dikarenakan adanay pemindahan energi dari satu obyek ke obyek lainnya. Pemindahan obyek ini menyebabkan adanay derivat instink. Macam instink :
· Instink hidup
Berfungsi untuk mempertahankan ras individu agar tetap hidup. Contoh : makan, minum, seksual. Bentuk energi yang dipakai adalah libido.
· Instink mati
Instink destruktif dimana tujuan semua yang hidup adalah untuk mati. Setiap orang memiliki keinginan yang tidak disadarai untuk mati. Dorongan instingtif yang penting adalah dorongan agresif (perusakan diri yang diubah dengan obyek substitusi)
- Distribusi dan Penggunaan Energi Psikis
Dinamika kepribadian terlihat ketika adanya distribusi energi psikis yagn digunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich.
· Mula-mula das Es memiliki semua energi dan digunakan untuk melakukan gerakan refleks dan pemenuhan kebutuhan (dikendalikan oleh Lustprinzip, penehuhan kenikamatan).
· Energi dari das Es sangat mudah berpindah dan bergerak karena ketidakmampuan mengadakan diskriminasi diantara obyek-obyek,tidak mampu membedakan khayalan subyektif dan khayalan obyektif.
· Enegi psikis yang digunakan das Ich berasal dari das Es melalui mekanisme identifikasi, yaitu mekanisme untuk membedakan dunia batin yang berada dalam khayalan dan dunia realitas yang benar-benar ada. Meknisme ini disebut dengan proses sekunder.
· Proses sekunder mampu mengurangi tegangan maka pemilihan obyek (cathexis) dilakukan oleh das Ich namun bersifat relatif, jika proses sekunder gagal memuaskan instink maka das Es akan kembali menguasai energi psikis.
· Energi psikis digunakan untuk melalukan ppsoses psikologi seperti mengamati, mengingat, ,embedakan, mengabstraksi, berpikir, pemilihan obyek yang baru (tidak langsung memuaskan kebutuhan pokok individu namun berhubungan asosiatif terhadap kebutuhan pokok individu), termasuk mengekang das Es supaya tidak bertindak impulsif (anti-cathexis).
· Ketika das Es terlalu berbahaya maka das Ich membentuk pertahanan yang terjadi secara mekanis (mekanisme pertahanan diri).
· Energi psikis digunakan oleh das Ich untuk mengintegrasikan 3 aspek kepribadian, yaitu untuk menimbulkankeselarasan batin sehingga hubungan antara pribadi dengan dunia luar dapat berlangsung dengan baik.
· Energi psikis juga didistribusikan ke das Ueber Ich dengan jalan identifikasi anak terhadap orangtuanya.
· Energi das Ueber Ich berkembang sejak masa kanak-kanak dimana orangtua mengenalkan moral dan cita-cita masyarakat kepada anak. Orangtua mengenalkan adanya hadiah (pengurangan tegangan) dan hukuman (peningkatan hukuman). Anak belajar mencocokkan tingkah lakunya dengan sanksi dan larangan. Anak mengintroyeksi keharusan moral orangtua menjadi Ich ideal.
· Perilaku yang berdasarkan das Ueber Ich seringkali bertentangan dengan impuls-impuls dari das Es.
· Das es memiliki tenaga pendorong, sedangkan das Ich dan das Ueber Ich mempergunakan energinya untuk memnuhi atau menahan tujuan instink.
· Das Ich mengontrol das Es dan das Ueber Ich supaya keduanya berfungsi sesuai dengan realita. Jika das Es yang menguasai maka perilaku individu akan impulsif, namun jika das Ueber Ich yagn terlalu mendominasi maka perilaku individu akan terlalu penuh pertimbangan moral.
· Perpindahan energi yangmenyebabkan kepribadian bersifat dinamis.
· Konflik yang timbul dapat dijelaskan berdasarkan saling pengaruh/pertentangan antara kekuatan pendorong (cathexis) dan kekuatan penahan (anti-cathexis).
-
Kecemasan dan Ketakutan
Reaksi individu terhadap ancaman adalah cemas atau takut.
· Fungsi kecemasan adalah untuk memperingatkan individu akan datangnya bahaya, isyarat das Ich harus berbuat sesuatu atau akan dikalahkan.
· Kecemasan adalah tegangan yang berasal dari luar individu. Jika kecemasan tidak mampu direduksi dengan tindakan efektif maka disebut sebagai kecemasan traumatis.
· Asal kecemasan berasal dari trauma kelahiran, ketika lahir individu dihadapkan pada tegangan-tegangan yangberasal dari luar dan tidak dapat direduksi dengan baik oleh bayi. Bayi membutuhkan lingkungan yang aman sampai das Ich mampu menguasai rangsangan lingkungan.
· Freud membagai kememasan menjadi tiga macam :
a. Kecemasan realistis
Kecemasan pokok yang berasal dari bahaya-bahaya dari luar.
b. Kecemasan neurosis
Kecemasan yang timbul karena instink tidak dapat dikendalikan dan membuat individu dihukum.
c. Kecemasan moral
Kecemasan yang diakibatkan oleh perasaan berdosa jika melakukan atau berpikir untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma yang ada. Kecemasan ini muncul pada individu yang das Ueber Ichnya berkembang dengan baik.

(Suryabrata, Sumadi. 2008)

Sigmund Freud "Psikoanalisis" Struktur Kepribadian

TEORI KEPRIBADIAN
PSIKOANALISIS
SIGMUND FREUD


Sigmund Freud lahir di Moravia tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London, 23 September 1939. Freud menganggap bahwa kesadaran hanyalah sebagian kecil dari seluruh kehidupan psikis. Menurut Freud, psyche merupakan gunung es di tengah lautan, yang ada dipermukaan laut menggambarkan kesadaran, sedangkan dibawah permukaan air laut merupakan bagian terbesar (ketidaksadaran). Di dalam ketidaksadaran terdapat kekuatan dasar yang mendorong pribadi. Freud berpendapat bahwa untuk mengetahui kepribadiaan manusia harus melalui dunia ketidaksadaran dengan psikologi dalam metode asosiasi bebas.

"Struktur Kepribadian"

Das Es (Id, System der unbewussten)
· Aspek biologis, sistem original kepribadian, berisi hal-hal yang dibawa sejak lahir.
· Realistis psikis, dunia batin, subyektif manusia.
· Tidak memiliki hubungan langsung dengan dunia obyektif.
· Memiliki energi psikis yang menggerakkan das Ich dan das Ueber Ich, energi psikis meningkat berarti tegangan itkut meningkat, muncul pengalaman tidak menyenangkan.
· Fungsi das Es ketika terjadi tegangan adalah mereduksinya untuk menghilangkan perasaan tidak enak dan mengejar kenikmatan (lustprinzip).
· Cara menghilangkan perasan tidak enak: refleks otomatis dan proses primer (membayangkan).
Das Ich (Ego, System der Bewussten-Vorbewussten)
· Aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan dunia realitas. Das Ich sebagai penghubung das Es dengan dunia obyektif.
· Das Ich mampu membedakan dunia subyektif dan dunia obyektif.
· Berpegang pada prinsip kenyataan (realitatsprinzip). Tujuannya untuk mencari obyek yang tepat untuk mereduksi tegangan yang timbul dalam organisme.
· Das Ich memerankan proses sekunder, yaitu berpikir realistis untuk memuaskan dan menguji obyek agar dapat memenuhi kebutuhan.
· Das Ich merupakan aspek eksekutif karena mengontrol jalan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan, memilih obyek yang memuaskan kebutuhan, mempersatukan pertentangan antara das Es dan das Ueber Ich,
Das Uber Ich
· Aspek sosiologi yang merupakan wakil dari nilai-nilai masyarakat yang ditafsirkan orangtua kepada anaknya.
· Aspek moral kepribadian untuk menentukan benar-salah, susila-asusila, pantas-tidak pantas.
· Das Ueber Ich diinternalisasi dalam perkembangan anak sebagai respon terhadap hadiah dan hukuman yagn diberikan orangtua (Introyeksi).
· Conscientia menimbulkan perasaan bersalah sedangkan Ich ideal menimbulkan perasaan bangga.
· Terbentuknya das Ueber Ich membuat kontrol tingkah laku berubah dari orangtua ke dalam diri pribadi, dari hetronom ke otonom.
· Fungsi pokok das ueber Ich adalah :
o Menghambat impuls das Es yagn ditentang oleh masyarakat
o Mendorong das Ich untuk mengejar hal yang moralis daripada yang realistis
o Mengejar kesempurnaan

(Suryabrata, Sumadi. 2008)

Rabu, 11 Mei 2011

Emotion of Early Childhood

Emotion development in early childhood is divided into 2 classification, primer emotion and self-conscious emotions. Primer emotions consist of surprise, interest, joy, anger, sadness, fear, disgust. All of them appear in early 6 months. Self-conscious emotions consist of empathy, jealousy, embracement, pride, shame, guilt that appear while their cognition develops. Their understanding about the rules will develop as well as the development of emotion.

Self-conscious emotions need children’s reflective that they are different from adult. There are emotions that can be evaluated their life, such as pride, shame, guilt. These emotion appear when the children in 2 years old. These emotion shows that children respond the norm in their surroundings. Pride will appear when they fell great after doing something, it is related with achievement. Shame appears while the children think that they can’t fulfill the expectation. In this case, they usually try to hide from the situation that they are not comfortable with. The children feel guilty when they evaluate their behavior are failed. The developments of self-conscious emotions depend on respond of the parents to the children behavior.

The important thing of emotion development is how the children express their emotion in the right way. In 2-4 years old, the development of vocabulary are growing fast so it will make the children produce some expresses about their emotion through words. In these ages, they learn about the cause and the consequences of the feeling that they feel. Then while they are 4 -5 years old, they start to reflect their emotion; they realize that the same activity can produce different emotion in different people. They realize that they have to control their emotion.

The parents and teachers can help the children to realize, expresses, and controlling their emotions. They can talk to children to release children bad feeling. They also can introduce empathy to children while guided them to express their feelings.
Emotion has important part of the relationship with peers. Moody child has negative relationship to peer; he will be rejected by his peers. And the child who has positive emotion will be popular.
Example: Aliya is always cranky anytime; she likes to disturb her friends while playing and likes to crying when she doesn’t get what she wants. Those things make her friends don’t want to get along with her. Her friends try not to play with her. Rieno likes to play with many friends and he try to communicate what he wants to others so his friends know what he want and he try to respect others by listening to their friends. His friends like to play with him in every situation.

(Child Development, Santrock, 2010)

Selasa, 10 Mei 2011

Action of the students

The basic expectation of school is that the learners have responsible action that initiated by the students as the result of the learning process. Every range of age produce different act so that the school has to challenge to give students opportunities to involve in action by choosing the act, then reflect their action in order to make difference in their daily life (world). The students have to responsible and participate in their own learning but the teacher responsible to enable student to CHOOSE the action, be facilitator of students ACTION, and help students REFLECT the action. Reflection is the important part that shows students responsible to their own learning.

The action can be individually or grouping by students collaboratively. Action can be a service to other students, community in and outside of school. Action can be start from the little things in own self and surrounding. By this action the students are able to grow personally, socially and developing their skills. Action can be the way to assess the students.•

Some guide and example for implementing of effective action:
o Should be modeled by the adults: teacher giving food and taking care of the turtle in the classroom.
o Should be voluntary and involve students to practice their initiative : feeding the turtle every day in classroom.
o Is grounded of students experiences : students are more caring with their pets at home.
o Is most beneficial to students when there is witness of their action: when students remain the teacher to giving food for the turtle when it is the time, then the teacher tell the students that it is the good action. During students conversation when playing or reading book together.
o Usually begin in a small way and rise from the concern or commitment :students ask families to c=be caring with pet.
o Should include anticipation of consequences and accepting responsibility.
o May require adult support to facilitate students’ effort, provide choice.


(MPYPH2010)

Senin, 09 Mei 2011

Belajar Bersama Anak

Setiap individu memiliki keunikan masing-masing untuk menghadapi suatu keadaan, terlebih lagi anak-anak yang memiliki cara khas dalam menghadapi masalah. selama in orangtua sangat ingin memasukkan nilai-nilai positif pada anak supaya dapat menjadi bekal bagi anak menghadapi masalahnya di kemudian hari.
Menurut tahap perkembangan kognitif Piaget, anak yang berumur sekitar 2-7 tahun memasuki tahap praoperasional, dimana anak mulai melukiskan situasi yang dialaminya melalui kata-kata dan gambar-gambar. Pada tahap ini pula muncul sifat egosentrisme pada diri anak-anak, yaitu anak melihat situasi dari sisi dirinya sendiri.

Berdasarkan keinginan orangtua yang ingin memasukkan nilai-nilai positif kepada anak dan tahap perkembangan anak maka orangtua harus pandai-pandai mencari celah untuk dapat masuk dalam dunia anak sehingga nilai-nilai yang ingin ditanamkan pada anak dapat diinternalisasi (menjadi bagian dalam diri anak) dengan baik.
Berikut beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk dapat masuk ke dunia anak-anak:
1. Menggambar dan mewarnai
Anak-anak sangat menyukai gambar dan mewarnai gambar. Orangtua dapat menyiapkan gambar yang harus dilengkapi oleh anak atau memberi kebebasan anak untuk mengekspresikan diri melalui gambar yang telah ditentukan temanya.
2. Menyanyi
Anak-anak akan tertarik jika mendengarkan alunan musik atau nada-nada yang memberi semangat. Orangtua juga mampu menciptakan lagu sendiri untuk mengajarkannya bagi anak-anak yang sesuai dengan nilai yang akan diajarkan kepada anak.
3. Gerak dan lagu
Selain music yang tertuang dalam lagu, gerakan yang diciptakan untuk mengiringi lagu akan membuat anak-anak menjadi lebih terlibat. Keterlibatan anak inilah yang membuat nilai-nilai yang dimasukkan akan terinternalisasi dalam diri anak.
4. Tebak-tebak kata
memerlukan sedikit waktu dan kemampuan berpikir untuk anak-anak karena harus mau memperhatikan kata kunci yang diberikan. Tapi kegiatan ini akan menyenangkan karena anak-anak sangat menyukai misteri.
5. Menceritakan kehidupan nyata
Menceritakan contoh kehidupan yang terjadi secara nyata juga mampu mengajak anak untuk berempati sehingga anak dapat melihat lingkungannya dengan lebih baik.
6. Melihat film
Film merupakan bagian dari kehidupan anak. Mereka sangat menyukai gambar bergerak yang disajikan oleh film-film. Pilihan film yang mendukung orangtua untuk mengajarkan suatu nilai akan sangat membantu.
7. Menghias kata-kata kunci
Beberapa hal penting yang ingin diingatkan kepada anak dapat dilakukan dengan menuliskannya di sebuta kertas lalu dihias kemudian digantungkan di kamar anak atau tempat-tempat yang biasa dipakai anak untuk melakukan aktivitasnya.
8. Membuat puisi
Bagi beberapa anak yang menyukai menulis, dapat dicoba dengan merangkai kata-kata sehingga mampu menjadi sebuah puisi indah untuk dipamerkan di depan seluruh keluarga.
9. Mengisi TTS
Jika memiliki waktu luang, sempatkanlah untuk membuat TTS kecil tentang suatu cerita yang pernah diperdengarkan ke anak. Kemudian masukkan nilai-nilai yang ingin orangtua ajarkan pada anak.
10. Menceritakan kembali
Anak dapat diminta untuk menceritakan kembali tentang kisah-kisah yang pernah dibacakan.
11. Membuat pohon keinginan
Di kamar anak disediakan pohon keinginan yang daat diisi oleh anak ataupun orangtua tentang harapan dan keinginan yang ingin dicapai. Pohon keinginan ini juga dapat menjadi jembatan bagi orangtua dan anak untuk mengetahui keinginan masing-masing.
12. Bermain peran
jika memiliki keluarga besar, tidak ada salahnya mengadakan pertunjukkan kecil setelah makan malam.

Semoga beberapa kegiatan diatas dapat membantu orangtua dalam menginternalisasikan nilai-nilai positif pada diri anak, sehingga anak diharapkan mampu menghadapi kehidupan setelah anak-anaknya.